Rabu, 08 April 2020

Marital Rape, Saat Pemerkosaan Terjadi dalam Pernikahan

Marital Rape, Saat Pemerkosaan Terjadi dalam Pernikahan


Situsidn - Beberapa waktu silam, istilah “marital rape” mencuat ke permukaan. Topik ini memang cenderung jarang dibicarakan sebelumnya, karena dianggap sebagai sesuatu yang ‘normal’.

Simak artikel ini untuk memahami marital rape, dan alasan agar tak terjadi di pernikahan Anda.

Apa itu marital rape?

Wiropoker Sesuai dengan makna harfiahnya, marital rape adalah pemerkosaan dalam perkawinan atau pernikahan. Sama seperti kasus pemerkosaan lain, dalam marital rape juga terjadi pemaksaan hubungan seks dengan pasangan dan absennya persetujuan yang setara.

Sebagian orang menertawakan istilah marital rape. Sebab, mereka berpikir tak mungkin ada pemerkosaan dalam pernikahan. Penting untuk diingat bahwa setuju untuk menikah tidak sama dengan setuju untuk mengikuti kemauan semua pasangan. Setiap individu memiliki otoritas untuk dirinya sendiri, bukan orang lain, termasuk pasangannya.

Bentuk-bentuk marital rape
Ada beberapa bentuk marital rape yang patut untuk diketahui dan dihindari. Beberapa di antaranya, yaitu:

1. Hubungan seks yang dipaksakan

Beberapa pasangan berpikir bahwa pernikahan menjadi jalan legal untuk selalu berhubungan seks. Padahal, hal tersebut tentu tidak benar. Penting untuk diingat bahwa hubungan senggama harus mendapatkan kesepakatan dari kedua belah pihak, yakni suami dan istri.

Apabila pasangan memaksa hubungan seks, menyakiti pasangannya, hingga melukai orang yang harusnya ia lindungi, hubungan seks tersebut tentu masuk ke pemerkosaan dalam pernikahan atau marital rape.

2. Hubungan seks namun pasangan merasa terancam

Seks seharusnya memberi kesenangan untuk masing-masing pasangan. Apabila hubungan seks disertai ancaman penyerangan, esensi seks yang bersifat konsensual akan hilang dan menjelma menjadi bentuk pemerkosaan.

3. Hubungan seks dengan manipulasi

Manipulasi dapat berarti tuduhan bahwa pasangannya tidak setia, tidak baik, dan tidak memahami kebutuhan pasangan pemerkosa. Manipulasi tersebut juga termasuk mengancam secara verbal untuk meninggalkan pasangan jika hasrat seksualnya tak dipenuhi.

Apabila manipulasi ini membuat pasangan merasa tak ada pilihan, hubungan seks yang dilakukan tergolong pemerkosaan karena sebenarnya ada pihak yang tidak setuju.

4. Hubungan seks saat pasangan tak sadar

Consent atau persetujuan berarti kedua pihak memiliki kesadaran penuh untuk menyetujui segala aktivitas yang dilakukan, termasuk seks. Apabila pasangan berhubungan seks dengan istri atau suaminya yang tak sadarkan diri (dicekoki obat tidur dan perangsang, alkohol, racun, pingsan, atau tidur), jelas bahwa hubungan seks tersebut merupakan bentuk marital rape.

Bahkan, walau suami atau istri mengatakan “Ya” saat ia tak sepenuhnya sadar, hal itu tetaplah bukan bentuk persetujuan. Sebab, kembali lagi, pasangannya tidak sadar secara penuh.

5. Hubungan seks saat pasangan korban tak ada pilihan

Mengatakan “Ya” karena terpaksa dan seolah ia tak ada pilihan, berbeda dengan memberikan persetujuan untuk sama-sama mau berhubungan seks. Misalnya, korban tak ada pilihan karena mempertahankan pernikahan setelah diancam untuk bercerai, sehingga mengiyakan permintaan pasangannya.

Efek marital rape yang memilukan hati

Berbagai penelitian telah menunjukkan, korban marital rape (biasanya sang istri) mengalami trauma berat setelah diperkosa oleh pasangan sendiri. Sebab, korban telah dilukai oleh pasangan yang seharusnya menjadi tempat bersandar melalui janji pernikahan. Perasaan merasa dikhianati juga melingkupi diri korban.

Wiropoker | Situs wiropoker | Link alternatif wiropoker

0 komentar:

Posting Komentar